Juni 06, 2013

AKU SEDANG MENDEWASA


Ada banyak huruf yang akan tergores di atasmu, Kertas. Setelah sekian lama aku menyimpannya hanya dalam lipatan-lipatan ruang kalbuku atau membiarkannya melayang-layang di pikiran sebagai suatu gagasan.
Ini tentang perasaan.


Oh lagi-lagi, kenapa harus tentang itu, Kasih? Lagi-lagi galau. Tidak, tapi bukan itu. Orang-orang terlalu gampang memberi titel pada orang lain. Bahwa mereka yang sering membicarakan perasaannya, adalah hanya sekelompok orang penuh kegalauan dengan sensitivitas yang berlebihan. Sebagian bilang, kami ini sekumpulan orang-orang kurang kerjaan yang bicaranya hanya soal perasaan dan sibuk menumpul logika. Mungkin, itu memang benar.



Hei, tapi tidakkah mereka berpikir tentang satu kemungkinan? Bahwa sebagian dari kami, sedang menapaki jalan untuk mendewasa. Dan tidak sedikit dari kami, yang meskipun dengan terseok-seok, akhirnya bisa beranjak memahami dari satu titik hikmah ke hikmah yang lain. Dan belajar tentang kehidupan.

Karena bagiku, mendewasa adalah mengenai bagaimana kau bisa menjadikan perasaanmu seimbang dengan logikamu, sehingga akhirnya kau bisa melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang yang lain: apa yang mungkin terasa dan terpikir oleh lingkunganmu, bukan hanya tentang perasaanmu atau pikirmu saja.

Kemudian, tidak sedikit juga orang-orang memaki kami, yang berjalan terseok-seok ini. Dengan pandang penuh cela mencemooh, “Kau sungguh kekanak-kanakan.”
Mereka mungkin tidak tahu, bahwa yang terpenting adalah kami bergerak. Meskipun lambat temponya. Kami melangkah, meskipun dengan luka dan susah-payah.
Tapi percayalah, meskipun dengan berlari, mendewasa adalah proses yang tiada akhirnya. Jangan kau pikir, persoalan dewasa adalah seperti lomba maraton. Di mana semua peserta melalui jalan yang sama untuk menyentuh pita kemenangan dan pada akhirnya akan ada juara satu, dua, dan tiga.
Maka jangan sekali-kali kau samakan. Kau perlu tahu mendewasa adalah proses tanpa akhir yang panjang lintasannya untuk setiap orang berbeda-beda. Tergantung umur yang sudah Allah tetapkan di lauhul mahfudz sana. Pun halangan dan rintangannya. Ada yang lurus tapi terjal, ada yang berkelok tapi mulus, ada pula yang kombinasi keduanya. Dan setiap jalan, tidak ada yang lebih susah atau lebih mudah.

Jika kau melewati jalanmu, prosesmu mendewasa dengan berlari, pastikanlah kecepatannya konstan. Sehingga kau tidak berhenti atau malah terjatuh karena terlalu cepat. Pastikan kau tidak akan kelelahan sampai maut menjemputmu di titik akhir yang kasat mata.
Jika kau melewati jalanmu dengan penuh luka, pastikan kau menemukan obat penyembuhnya di pinggir-pinggir jalan itu. Sehingga kau tidak begitu saja lumpuh dan berhenti sebelum Izrail menjemputmu. Tapi kau, harus berusaha mencarinya. Karena terkadang, bunga yang cantik punya duri dan racun yang akan melukaimu lebih dulu sebelum kau memetik dan menikmati indah mahkotanya. Dan dalam hidup, kau mungkin akan menemukan banyak manfaat setelah kau berkali-kali tersakiti.
Jika kau melewati jalanmu dengan letih dan lelah, pastikan kau menemukan minuman dan makanan. Atau kau bisa saja beristirahat sebentar di balik daun-daun rimbun yang menghiasi pohon rindang. Tapi jangan berhenti terlalu lama. Nanti kau bisa merasa begitu nyaman untuk waktu yang panjang dan menua tanpa mendewasa.

Dalam hidup, akhir tidak perlu dicari dan sia-sia jika dipertanyakan. Kau mungkin akan bertanya-tanya dalam bingung dan letihmu. Tapi jawabannya akan datang ketika akhir itu sendiri yang menemuimu.

Aku sedang belajar mendewasa. Sudah banyak lukaku, kusingkap jika kau mau lihat. Terkadang, aku membandingkan jalanku dengan yang lain. Biasanya aku iri. Karena sepertinya rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau. Aku juga biasa mengutuki diriku sendiri, tadinya. Tentang mengapa aku merasa menjadi yang terburuk di antara manusia lain. Tentang mereka yang terlihat jauh lebih sempurna. Padahal, mungkin juga ada yang melihatku sebagai yang lebih darinya. Bukankah memang anak Adam susah sekali bersyukur?

Tapi, Allah, Yang Maha Terang, Sang Pemberi Hidayah, tidak henti mencurahkan hikmah-hikmahnya padaku. Tak henti menunjukkan jalanku. Tak lekang mendampingi untuk menuntunku. Yang membuatku akhirnya percaya bahwa Dia memang menujukkan kasih sayangnya melalui perlakuan yang berbeda untuk setiap hamba. Bahwa Dia bukan hanya melihat akhir, tapi juga melihat prosesnya. Sehingga yang terpenting bagi keselamatan dunia dan akhiratku bukanlah persoalan jalan siapa yang lebih mudah, siapa yang lebih sukses, siapa duluan yang mencapai akhir dengan husnul khatimah, atau siapa yang punya kedewasaan lebih tinggi saat ini.

Yang Allah ingin untuk aku pahami adalah: Aku tidak akan berhenti, untuk mendewasa di jalan paling indah yang sudah Ia tetapkan sebagai mediaNya membimbingku sampai ke ridhaNya, insyaAllah. Pada akhirnya nanti, jalan yang kulalui akan terasa indah dan dijadikan atasnya kerinduan yang dalam. Pada akhirnya nanti, cahaya Allah akan sepenuhnya menerangi jalanku dan menjadikannya terang benderang dengan kemilau-kemilau, asal aku tidak pernah berhenti. Berhenti mendewasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar