Februari 18, 2013

Idealisme Kami


Ada satu penggalan yang selalu terngiang ..

"Kami tidak mengharapkan suatu apapun dari manusia. Tidak juga popularitas. Atau hanya sekadar ucapan terima kasih."

Dan berbekal inilah, aku berserah diri untuk ikhlas karenaNya.

Februari 14, 2013

Dear You,



7 Februari 2013

Hai. I’m back!

Setelah sekian lama terlupakan, akhirnya aku kembali. Padamu yang senantiasa setia. Mendampingi dengan segala kekuranganmu yang entah mengapa hatiku tertambat padanya.

Maaf ya, aku terlalu takut untuk mengatakan aku memang lari dari segala kenyataan. Bersembunyi di gelap yang asing dan terkadang menggigil dalam kesunyian yang beku. Aku hanya khawatir pada tubuhku. Dan memilih berlari mengukur jarak hingga akhirnya lelah dan memutuskan kembali.

Entah apa yang terjadi. Aku hanya tidak ingin memikirkannya. Tidak, kawan, aku bukan berlari.


Aku melangkah kali ini.

Dear You,


14 Oktober 2012

Akhirnya bertemu lagi di ruang dan waktu yang damai.

Dua hari yang lalu aku sangat antusias mengikuti rangkaian perjalanan ke Pulau Pari tempat kami melakukan pengamatan lapangan. Sejak awal, aku agak khawatir dengan kesehatanku dan nyatanya dugaanku benar. Aku sakit selama kami menginap di Unit Penelitian Terpadu Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Masuk angin dan pre-menstruation syndrome.
Entahlah, dan kupikir ini ada hubungannya juga dengan ruangan yang full-AC.

Awal yang baik. Setidaknya aku menikmati perjalananku menuju pulau. Bermain menyapa angin yang berhembus. Lembut menyapu kulitku. Ah alangkah indah menikmati gemercik buih lautan di bawah langit biru yang terlukis sempurna. Biru, biru, dan biru.

Karena aku sakit tepat saat fajar mulai menembus cakrawala, aku jadi tidak berkesempatan untuk mengamati burung-burung laut yang tangguh. Aku tidak begitu jago di bidang ornitologi, tetapi setidaknya aku ingin belajar meskipun belum diberi kesempatan yang tepat. Dan, oh hampir saja aku juga tidak ikut pengamatan biota laut ke tubir.

Aku berhasil lihat bulu babi berjenis Diadema setosum, Nudibranchia, kerang-kerangan termasuk Anadara squamosa, Cypraea tigris, Pinna bicolor, Strombus urceus, dan Lambis lambis. Masih banyak lagi. Intinya, aku terpesona dengan kehidupan laut. Ingin rasanya mengeksplor lebih dalam, tapi sayangnya aku sama sekali tidak bisa renang. Dan lagi, aku sakit di tengah jalan.

Meskipun pengetahuanku tentang kehidupan laut hanya bertambah tidak lebih dari sepuluh persen, di sini aku mendapat pengetahuan lebih tentang bagaimana energi tidak dapat dimusnahkan tetapi dapat dikonversikan dan berpindah. Seperti halnya organism heterotrof lainnya, manusia mendapatkan energi dari organism autotrof seperti tumbuhan maupun makroalga hijau. Energi tersebut kemudian disimpan atau diolah menjadi energi berbentuk ATP yang digunakan untuk beraktivitas. Dan tanpa sadar, kita juga mengeluarkannya dalam bentuk aura yang bisa divisualisasikan dengan warna. Masing-masing warna aura menunjukkan karakter dan potensi individu yang berlainan. Dua orang temanku memiliki warna aura indigo dan ungu yang katanya merupakan warna aura yang paling spesial dan menunjukkan bakat yang berbeda dari kebanyakan orang. Diantaranya adalah kemampuan sixth sense sehingga mereka bisa melihat aura, masa depan, makhluk astral, sekaligus transfer energi antar individu.

Dan katanya, aku ini kuning dan hijau. Warna auraku untungnya normal. Tidak berselimut putih yang katanya menunjukkan sakit fisik yang luar biasa berat ataupun hitam yang menunjukkan harga diri paling rendah. Meskipun auraku agak sulit terbaca, tapi yaah kedua temanku ini dengan kompak mengatakan bahwa aku ini berkarakter dominan. Tidak cocok dengan orang yang sama-sama keras meskipun pada kenyataannya aku lebih menghargai dan nyaman untuk berada di samping orang yang lebih kuat dan dominan dariku sehingga bisa meredam kekuatan karakterku.

Lo itu ngga butuh orang lain untuk tumbuh dan berkembang. Prinsip dan pendirian lo ngga mudah untuk dipatahkan dan itu tercermin dari pandangan lo yang dalam, tanda lo selalu berpikir. Lo itu bahkan ngga butuh orang lain untuk menyemangati lo karena lo selalu berhasil memberikan asupan energi untuk diri lo sendiri.


Oke, itu sembilan puluh lima persen benar. Aku ini bukan tipe orang yang menggantungkan diri terhadap orang lain, terdidik untuk mandiri bahkan sejak umur satu tahun. Di saat anak-anak lain masih dengan nyaman berada di pelukan ibunda saat tidur, aku sudah punya kamar sendiri dan setiap malam aku dibiarkan tidur tanpa ditemani.
Lima persen salah.

Send to: AA. Umi Maidah Nursalmiyah
Umi, orang-orang bilang aku kuat dan mandiri. Orang bilang aku ngga butuh orang lain untuk berdiri tegak. Tapi aku ingin ada orang yang bisa meluk aku pas aku susah. Apa ngga akan ada, Mi, orang yang bisa mengayomi dan menyokongku di kala lunglai selain Allah dan Umi-Abi? Apa Umi pernah merasa begitu bahwa sepertinya sekitar tak acuh terhadap kita padahal kita peduli mereka?


Aku sebenarnya membutuhkan paling tidak seseorang selain Allah, dan Umi-Abi untuk aku bersandar meminta pengayoman. Dan yang kuharapkan adalah suamiku.

From: AA. Umi Maidah Nursalmiyah
Umi pernah begitu juga, tidak ada yang peduli dan tidak mengerti kita, menuntut kita. Tapi kalau kita berharap sama mereka, yang ada kita akan sakit hati dan akan makin kecewa. Jadi, husnudzan lah bahwa Allah sedang mengajarkan kita keikhlasan yang tinggi agar kita hanya berharap dan bergantung padaNya. Ketika kita bisa bebas tidak bergantung pada selainNya, maka Allah akan perlihatkan kebaikan-kebaikan yang tidak kita duga. Sabar dan tetap semangat. Jadilah orang yang baik bukan karena manusia, tetapi karena Allah.


Dan akhirnya, kegalauan ditutup dengan mata bengkak dan kulit yang kusam terbakar matahari.

Dear Diary,



18 September 2012

Aku baru marampungkan halaman dua ratus tujuh puluh tiga Dunia Sophie. Satu-satunya hal yang menurutku amat sangat disayangkan adalah buku ini tidak menjelaskan filsafat dari sudut pandang Islam. Kupikir itu akan menjadi kajian yang bagus untuk dikupas secara mendalam. Meskipun begitu, sejauh ini aku berhasil menempel ulang serpihan-serpihan sejarah dalam otakku.

Aku baru tahu, Aristoteles itu muridnya Plato, sementara Plato sendiri muridnya Socrates. Ketiganya termasyhur dalam sejarah. Dari presiden hingga anak sekolah dasar paling tidak pernah mendengar nama mereka satu kali. Mereka menjalani proses belajar dan mengajar yang secara Islam terkandung dalam konsep generasi rabbani. Terkadang pemahaman mereka saling bertentangan, satu merupakan anti-tesis bagi yang lain. Sedang sintesisnya, kita sebagai pembaca yang harus merumuskan sendiri.

Aku merindukan pembelajaran yang seperti itu. Sejatinya, saat kita mengajar sebenarnya kita sedang belajar. Lebih dalam lagi, seperti cacing yang menggali tanah di musim kering.

Hari ini, pelajaran yang kudapat banyak. Sebelum ke bagian utamanya, I’d like to thank Allah, The Merciful Lord of living things who gives me the strength to think and erudites me in many way I can’t imagine.

Dosen biologi evolusiku yang sejak dulu kala dikenal super sibuk hari ini berkesempatan masuk kelas. Banyak senior bilang bahwa ia merupakan sosok yang amat sangat liberalis, tapi pada kenyataannya di kacamataku, ia adalah seseorang yang logis.

Hal yang kugarisbawahi selama perkuliahan berlangsung adalah bahwa seleksi alam merupakan proses seleksi makhluk hidup berdasarkan kemampuan bertahan hidup yang diakibatkan karena adanya mekanisme kompetisi antar organisme, salah satu contohnya adalah predasi. Mekanisme predasi melibatkan dua komponen yaitu predator atau pemangsa dan mangsa itu sendiri. Dalam konteks global, predasi merupakan bagian dari jaring-jaring makanan yang ada di suatu ekosistem. Lalu bagaimana seleksi alam bisa terjadi?

Sebelum dapat memahami konsep seleksi alam, ada satu hal yang perlu diluruskan. Adalah salah bahwa seleksi alam merujuk pada proses seleksi kesempurnaan. Kemampuan yang lebih untuk bertahan hidup sering kali disalahartikan sebagai kemampuan yang sempurna. Sementara dalam konsep seleksi alam, kesempurnaan untuk bertahan hidup lebih kuat merupakan suatu hal yang relatif. Faktor-faktor yang mempengaruhi relativitas ini bermacam-macam, bisa bentuk predasi, perubahan lingkungan, maupun intervensi manusia atau domestikasi.

Bayangkan saja, saat revolusi industri di Inggris, kupu-kupu Biston betularia yang putih mengalami penurunan jumlah populasi yang signifikan dibanding dengan kupu-kupu Biston betularia yang berwarna hitam. Lalu apakah di sini berarti bahwa kupu-kupu Biston betularia warna hitam memiliki kemampuan bertahan yang lebih secara genetik? Tidak, Biston betularia hitam secara kebetulan memiliki warna yang sama dengan asap hitam yang dihasilkan pabrik-pabrik sehingga bersifat kasat mata, sementara yang putih harus rela terlihat mencolok sehingga mudah diburu sang predator. Jelas terlihat bahwa proses seleksi yang terjadi pada keduanya bukan didasarkan pada sifat genetis kuat atau lemah. Bukan pada sifat bagus dan jelek, tetapi relatif berdasarkan faktor-faktor agen seleksi.

Just can’t stop it, it isn’t enough to explain evolution briefly. And my brain is screaming loud, hungry to be fed by another logical explaination as its nutrition.
But, for today, it’s over. Thank you.

Radhiitu billahi rabbaa wa bil islaami diina wa bi Muhammadi rassuula, Rabbi shahrii shadrii wa yassirlii amrii ..

BU.MI. MA.TI.


Bu,
Bersediakah kau memaafkan?
Kami anak-anak Adam tak tahu diri
Mengambil
Mengeruk
Merampas
Kami anak-anak Adam yang durhaka

Mi,
Akankah kau bertahan?
Menerima
Mengasuh
Mengayomi
Kami anak-anak Adam durjana

Ma,
Marahkah kau?
Untuk debu-debu yang mengerak,
Kepulan asap yang mengarak
Menyesak
Sebagian kehidupan mati sekarat.
Untuk air yang menghitam,
Kelam layaknya malam
Dan gelembung-gelembung ikan tidak lagi bersemayam
Kasihan,
Mereka tak punya makam.
Untuk semua mereka yang tumbang,
Gugur dan melayu
Korban kemegahan
Serakah anak-cucu Adam
Yang lahir dari tanahmu
Tapi membuatnya gersang

Tidakkah kau harusnya murka?

Februari 03, 2013

It takes long time for me to tell you about ..


LOVE.

Here I am, in my last chance enjoying free time at home. Basically, today is such a whole sleep time. I don't even have work and my brothers use the internet all the time so yeah all I can do is just sleep :D

I don't feel I really have feelings. I know I am a human, definitely.
Sometimes I think I'm cruel and mean.
Sometimes I think I'm a liar and maybe a two-faces person.
I had so many people love me but I made sins that hurted them so they probably turned to hate me.
I had so many friends before but I said many harsh words that they probably turned to erase me ever from their memories.
And I'm feeling upset too, I am angry to myself. Why did I do that? Before I knew about boy and love, I didn't like that.
It's all just because love, love, and love I got so much trouble. With God. With my parents. With my friends.

That's reasons why it takes long time for me to speak it off.
Because I hate love changed me.