Juni 13, 2014

Kecuali kalau, Kau benar-benar mencari ayahanda. Dan bertanya sungguh-sungguh: Mauku dan maumu apa?


Seperti berada di atas kapal yang terombang-ambing tanpa nahkoda.
Aku mual. Ingin keluar dari sini.

Sebetulnya kita ini apa?

Aku selamanya tidak percaya.
Kalau aku pantas untuk siapa,

Iya, aku penuh keraguan.
Penuh lubang.
Penuh segala hal yang buruk-buruk.
Aku sendiri tidak percaya,
Kalau suatu saat ada orang yang datang dengan penuh cinta,
Memintaku untuk menemani nahkoda.

Iya, aku sungguh sulit.
Sungguh aneh, sunggu rumit untuk sekadar ditebak.
Apalagi dimengerti.
Belum shalihah dan masih banyak kekurangan-kekurangan lainnya.

Sebetulnya kita ini apa?

Aku masih menganggapmu sebagai asing di persimpangan jalan.
Yang hanya bisa menunjuk,
Bukan sedia menuntunku berjalan.

Kecuali kalau,
Kau benar-benar mencari ayahanda
Dan bertanya sungguh-sungguh:
Mauku dan maumu apa?

Juni 11, 2014

Dalam Do'aku


Dalam doaku subuh ini kau menjelma langit yang semalaman tak memejamkan mata, yang meluas bening siap menerima cahaya pertama, yang melengkung hening karena akan menerima suara-suara

Ketika matahari mengambang tenang di atas kepala, dalam doaku kau menjelma pucuk-pucuk cemara yang hijau senantiasa, yang tak henti-hentinya mengajukan pertanyaan muskil kepada angin yang mendesau entah dari mana

Dalam doaku sore ini kau menjelma seekor burung gereja yang mengibas-ibaskan bulunya dalam gerimis, yang hinggap di ranting dan menggugurkan bulu-bulu bunga jambu, yang tiba-tiba gelisah dan terbang lalu hinggap di dahan mangga itu

Maghrib ini dalam doaku kau menjelma angin yang turun sangat perlahan dari nun di sana, bersijingkat di jalan dan menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnya di rambut, dahi, dan bulu-bulu mataku

Dalam doa malamku kau menjelma denyut jantungku, yang dengan sabar bersitahan terhadap rasa sakit yang entah batasnya, yang setia mengusut rahasia demi rahasia, yang tak putus-putusnya bernyanyi bagi kehidupanku

Aku mencintaimu.
Itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan keselamatanmu


- Sapardi Djoko Damono, 1989, kumpulan sajak "Hujan Bulan Juni"

Sudah lama ya ..


ini aku. Kamu masih ingat?

Tentu saja. Kau, yang selalu menulis dengan bahasa yang tidak kumengerti. Yang suka menangis sambil mengetik tombol keyboard.

Hei, jangan coba bilang kalau aku jelek. Aku memang suka menangis, kau khan tahu?

Menangis membuatmu merasa hidup bukan?

Ya.
Tanda perasaanku ada dan belum hilang sepenuhnya.

...

Ada debu di wajahmu.
Sini biar kuusap, sudah lama sekali aku tidak melihat ketulusanmu.

Kau ini ya benar-benar ..
Apa kau mencoba menghilang dari dunia?
Sampai-sampai aku tidak tahu lagi muaramu.

Lihat baik-baik,
aku di sini.
Dan inilah muaraku.

Kau adalah aku.
Dan aku adalah kamu.