Maret 13, 2013

Katanya, Aku ini kunci

Baru kali ini gue merasa benar-benar bodoh.

Perasaanku seperti debu.
Melayang-layang diudara tanpa pegangan.
Bergerak ke mana angin membawa.
Dapat menempel di hatimu.
Dan menjadi seonggok kotoran di dalamnya.
Putih yang bernoda.

Perasaanku seperti saat memutar anak kunci dengan tergesa.
Terbolak-balik memaksa.
Dan aku, yang memegang kendalinya, memang terlalu naif untuk menerima.
Sementara kau, diam menunggu dibebaskan seperti tahanan dalam penjara.

Perasaanku seperti angin yang murka.
Mendobrak pintumu dan mengacak ruangan dan seisinya.
Kemudian pergi dengan mengamuk.
Membanting pintu hingga rapat lagi.

Perasaanku muncul begitu saja seperti semut yang berpegangan pada jamur,
Di batang yang berlapiskan permadani lumut.
Hangat, namun licin.
Dan aku takut tergelincir.

Perasaanku seperti berpegangan pada pohon tumbang di tepi jurang.
Melepaskannya berarti kau mati.
Bergantung padanya, tetap akan mati.



Kau bilang aku kuncinya, benarkah?
Kupikir bukan.
Entah mengapa,
Aku masih yakin kau werewolf
Bertopeng biksu di bawah terik
Memangsa hati di balik purnama.
Kau bilang aku kuncinya, benarkah?
Kupikir bukan.
Sederhana saja,
Sorot matamu menyembunyikan sesuatu.
Dan mengatakan, ”Kau gila mencintaiku.”