Oktober 17, 2014

I remember.


Hai Ketua,
ini gue. Orang yang lo perlakukan lebih keras dari orang-orang lain.
Dan orang yang juga lo perlakukan dengan lebih lembut dari orang-orang lain, mungkin.

Ini akan jadi tulisan abstrak yang ngga berpola. But well, harus diakui ini mirip seperti realitanya: ngga begitu jelas. Samar-samar.


Ada hal-hal yang kadang kita terlalu gengsi, terlalu berat untuk diungkapkan-akibat terlalu banyak berpikir dan khawatir. Tapi kata-kata yang ngga bisa diungkapkan itu, bisa terbaca lewat sorot mata. Dan sorot mata adalah penyampai pesan yang efektif, kalau kita percaya. Sadar atau tidak, your messages have always been delivered. Entah itu pesan negatif maupun positif.

Ada hal-hal yang juga kadang cuma bisa dilakukan, tanpa pernah dikatakan, selamanya. Tapi percayalah bahwa perbuatan adalah kata-kata paling magis yang bisa mengubah dan menyentuh seseorang.


Gue ingat, akan selalu ingat ..
Malam di saat lo bilang Hany, lo itu keras. Jangan salahkan gue kalau semua orang harus menyerah menghadapi lo. Termasuk gue. sementara gue mematung dan berpikir-pikir.
Gue masih merenung-renung sampai lo menyampaikan bagian paling menusuknya Tahu kenapa? Itu karena lo ngga mau belajar dari orang.

Iya, gue tahu lo sudah sangat-amat sabar. Gue tahu lo sudah amat-sangat berusaha memperlakukan semua orang-termasuk gue, dengan cara terbaik. Dan gue tahu lo sudah amat-sangat berusaha memutuskan hal-hal dalam hidup lo dengan pertimbangan-pertimbangan terbaik. Gue paham, gue tahu, gue sadar, meski gue menyatakan dalam diam.

Dan sedikitpun, Ketua, gue ngga menyalahkan lo yang pada akhirnya menyerah menghadapi gue.
Sedikitpun tidak menyalahkan pernyataan Lo mau ngomong apa, Han? Ada yang mau lo omongin khan? Gue tahu. yang berubah menjadi Terserah lo deh, Han. Iya, Hany khan selalu benar.

Justru gue yang merasa bersalah .. Justru gue yang menyalahkan diri gue. Gue tahu lo marah. Dan gue menyesali bahwa keterlaluan sekali gue sudah membuat marah orang yang peduli.


Itulah sebabnya kenapa setiap kali kita ngobrol, selalu ada Ketua, maafin gue .. sebagai pembukaan dan Terima kasih. sebagai akhiran.
Sesuatu yang selalu lo pertanyakan dan gue cuma punya gagu atau diam untuk menjelaskan alasannya.


Dan .. Ada hal-hal yang mengungkung kita. Atau persisnya, ada hal-hal yang sengaja kita kurung.
Sesuatu itu membuat kita jadi seperti kucing dan anjing.
Sesaat bisa berantem. Diam-diaman seolah ngga kenal. Esok paginya bisa saling menyindir sarkas sambil tertawa. Esok sorenya bisa kembali mengobrol biasa. Kembali bercerita.
Karena apa? Karena ada sesuatu itu.
Sesuatu yang selalu terhenti di ujung lidah saat ingin diutarakan sehingga akhirnya kita cuma bisa bilang: Lo ngga tahu sih .. Duh gue sebenarnya pengen cerita, tapi kayaknya lo ngga usah tahu deh. Mungkin suatu saat gue akan bilang ..

Padahal kita sadar, kita sudah sama-sama tahu. Sama-sama merasa. Sama-sama paham.

Iya, meski kedengarannya aneh .. Tapi gue menikmati gaya kita untuk memahami. Maka biar, yang rahasia jadi rahasia. Yang perlu disimpan, disimpan saja.
Dengan begitu mungkin akan lebih melegakan jika suatu hari nanti kita menua dan cuma bisa duduk mengilas balik kenangan semasa di lembaga. Dengan begitu kita tidak perlu menyakiti lebih banyak hati.


So maybe,
gue bukan teman yang baik buat lo. Bukan juga sahabat. Bukan siapa-siapa.

What I'm trying to say is ..
Why we finally ended up complicated ..
Perhaps that is the best scenario ever for us to remember each other as special.


Cause I remember.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar